LAPORAN PENDAHULUAN dan ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS FEBRIS CONVULTION (KEJANG DEMAM)

LAPORAN PENDAHULUAN
FEBRIS CONVULTION (KEJANG DEMAN)

A. KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN
a. Kejang adalah pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf cortex yang ditandai dengan serangan yang tiba-tiba (Marillyn. Doengoes. 1999. 252)
b. Deman merupakan respon normal tubuh terhadap infeksi (John Biddulph. 1999. 159)
c. Kejang demam suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya berasal atau terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun. Berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. (consensus statement on febrine seizures. 1980)
d. Kejang demam adalah terbatasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and gallo, 1996)
e. Kejang demam adalah bersifat serangan pada anak yang etrjadi dari kumpulan gejala dengan demam (Welley and wang’s edisi III, 1996)

2. ETIOLOGI
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk tumor otak, trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala putus alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral. Sebagian kejang merupakan idiopati.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejang demam:
a. Umur
b. Suhu badan
c. Faktor keluhan
Penyenab dari kejang demam dibagi 6 kelompok yaitu:
1. Obat-obatan
Racun, alkohol, obat yang diminum berlebihan
2. Ketidak seimbangan kimiawi
Hiperkalemia, hipoglikemia dan asidosis
3. Demam
Paling sering terjadi pada anak balita
4. Patologis otak
Akibat dari cidera kepala, trauma, infeksi, peningkatan TIK
5. Eklamsia
Hipertensi prenatal, toksemia gravidarum
6. Idiopatik
Penyebab tidak diketahui


3. WEB OF CAUTION











4. TANDA DAN GEJALA
Terjadinya bangkitan kejang pada beyi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan tepat yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya Tonsilitis, Otitis media omula bronkitis, Furunkolisis dan lain-lain.
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24jam pertama sewaktu demam berlangsung singkatbdengan sifat bangkitan alat berbentuk tonek-kronik lokal atau akinetik, umumnya kejang berhenti dengan sendiri.
Ada 2 bentuk kejang demam, yaitu:
a. Kejang demam sementara
- Umur antara 6 bulan – 4 tahun
- Lama kejang < 15menit
- Kejang bersifat umum
- Kejang terjadi dalam waktu 16jam setelah timbulnya demam
- Tidak ada kelainan neurologis, baik klinis maupun laboratorium
- Eeg normal 1 minggu setelah bangkitan kejang
b. Kejang demam komplikata
- Diluar kriteria tersebut diatas

5. KOMPLIKASI
a. Hipoksia
b. Hiperpireksia
c. Asidosis
d. Enjatan atau sebab otak

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama pada beyi kecil seringkali gejala menigitis tidak jelas, sehingga fungsi lumbal harus dilakukan pada beyi berumur kurang dari 6 bulan, dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan, dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam berulang dikemudian hari, saat ini pemeriksaan eeg tidak dianjurkan untuk pasien kejang demam sederhana, pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.

7. PENATALAKSANAAN
Dalam penatalaksanaan kejang ada 3 faktor yaitu:
a. Memberantas kejang secepat mungkin
Bila penderita datang dalam keadaan status konvulsifus, obat pilihan utama adalah diasepam yang diberikan secara intravena, keampuhan diazepam yang diberikan secara intravena keberhasilan untuk menekan kejang. Efek terapeutik sangat cepat yaitu antara 30detik sampai 50menit pemberian suntikan bila masih kejang suntikan ketika dengan dosis yang sama tetapi pemberiannya secara intravena muscular dengan harapan kejang demam cepat terhenti.
b. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang jangan lupa dengan pengobatan penunjang, semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung penting sekali mengusahakan jalan napas yang bebas, agar oksigenasi terjamin, kalau perlu pengisapan lendir dilakukan secara teratur dan pengobatan ditambah dengan pemberian oksigen.
c. Pengobatan rumat
Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumat, daya kerja diazepam sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60menit sesudah disuntik, oleh sebab itu harus diberikan obat epleptik dengan daya kerja lebih lama, misalnya penobarbital atau difehidration.

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
• (Data subjektif)
Identitas pasien
Keluhan utama: suhu badan tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi, badan mengigil, lesu, gelisah dan rewel serta sulit tudur, berkeringat, wajah merah
Riwayat keperawatan
- Awal serangan
Awalnya bedan mengigil, lesuh anak gelisah dan rewel, serta sulit tidur, berkeringat, wajah merah dan mengakibatkan suhu bada tinggi, dan akhirnya terjadi demam dan kejang.
Riweyat kesehatan yang lalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
Riwayat psikososial keluarga
Dirawat akan menjadi stresor bagi anak itu sendiri, maupun bagi keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak diketahui prosedur dan pengobatan anak.
Kebutuhan dasar
- Pola eliminasi: perubahan BAK/BAB jarang atau banyak
- Pola nutrisi: untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak
- Pola aktifitas: apakah anak senang bermain sendiri/ di teman sebaya
- Pola istirahat tidur: beberapa jam sehari tidur, kebiasaan tidur.
• (Data objektif)
Pemeriksaan fisik
- Kepala:
Inspeksi: adakah kelainan pada kepala
Palpasi: adakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial, ubun-ubun cembung.
- Rambut
Inspeksi: warna, ketebalan, dg malnutrisi energi protein, rambut jarang
- Muka/wajah
Inspeksi: simetris/tidak, adanya tanda rhisus sardonicus, opistonus, trimus
- Mata: saat kejang terjadi dilatasi pupil, periksa sklera, konjungtuva
- Telinga: periksa fungsi telinga, kebersihan, bengkak, nyeri tekan keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
- Mulut: tanda-tanda sardonicus, synosis, stomatitis, caries gigi
- Kulit: adakah odema, hemangioma, turgor kulit
- Ekremitas: apakah terdapat odema, paralise terutama setelah kejang.
- Genetalia: -
• Pemeriksaan penunjang
a. Darah → glukosa darah
→ BUN
→ elektrolit
b. Cairan cerebrospinal
c. Skull ray
d. Transiluminasi
e. EEG
f. CT scan
g. Rongten

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Potensi terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
b. Poternsial terjadinya trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
d. Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbatasan informasi
 Potensial terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
Tujuan : klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hipertermi
Kriteria hasil :
- Tidak terjadi serangan kejang ulang
- Suhu 36,5-37,5oc (bayi), 36-37.5oc (anak)
- Nadi 110-120x/menit (bayi), 100-110x/menit (anak)
- Respirasi 30-40x/menit(bayi), 24-28x/menit (anak)
- Kesadaran composmentis
Rencana tindakan:
Intervensi
a. Longgarkan pakaian, berikan tipis yang mudah menyerap keringat
b. Berikan kompres dingin
c. Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
d. Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam
e. Batasi aktivitas selama anak panas
f. Berikan antiperitikadan pengobatan sesuai advis dokter
Rasional
a. Proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat
b. Perpindahan panas secara konduksi
c. Saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat
d. Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan
e. Aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan peningkatan panas
f. Menerunkan panas pada saat pusat hipotalamus dan sebagai propilaktis

 Poternsial terjadinya trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot
Tujuan : tidak terjadi trauma fisik selama perawatan
Kriteria hasil :
- Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan
- Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang
- Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.
Rencana tindakan
Intervensi
a. Beri pegangan pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang rendah
b. Tinggallah bersama klien selama kejang
c. Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah
d. Letakkan klien ditempat yang lembut
e. Catat tipe kejang (lokasi, lama) dan frekuensi kejang
f. Catat tanda-tanda vital sesudah kejang
Rasional
a. Meminimalkan injuri saat kejang
b. Meningkatkan keamanan klien
c. Menurunkan resiko trauma pada mulut
d. Membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstrimitas ketika kontrol otot volunter berkurang
e. Membantu menurunkan lokasi area cerebral yang terganggu
f. Mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal

 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
Tujuan: Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil : suhu tubuh 36-37,5oc, N: 100-110x/menit, RR: 24-28x/menit, kesadaran composmentis, anak tidak rewel.
Rencana tindakan
Intervensi
a. Kaji faktor-faktor terjadinya hipertermi
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 4jam sekali
c. Pertahankan suhu tubuh normal
d. Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala/ketiak
e. Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun
f. Anjurkan sirkulasi udara ruangan
g. Beri extra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum
h. Batasi aktivitas fisik
Rasional
a. Mengetahui penyebab terjadinya hipertermi karena penambahan pakaian/ selimut dapat menghambat penurunan suhu tubuh.
b. Pemantauan tanda-tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan selanjutnya
c. Suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat afektif, suhu lingkungan, kelembapan tinggikan mempengaruhi panas atau bahan perantara
d. Proses konduksi/ perpindahan panas dengan suatu bahan perantara
e. Proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat menyerap keringat.
f. Penyediaan udara bersih
g. Kebutuhan caira meningkat karena penguapan tubuh meningkat
h. Aktivitas meningkatkan metabolisme peningkatan panas



 Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbatasan informasi
Tujuan : pengetahuan keluarga
Kriteria hasil :
- Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya
- Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan
- Keluarga mentaati setiap proses keperawatan
Rencana tindakan
Intervensi
a. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
b. Berikan penjelasan kepada keluarga sebab akibat kajang demam
c. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan
d. Berikan Health Education tentang cara menolong anak yang kejang dan mencegah kejang demam
e. Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas
f. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari orang atau teman yang menderita panyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu
g. Beritahukan keluarga jika akan mendapatkan imunisasi agar memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang demam.
Rasional
a. Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat
b. Penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu menambah wawasan keluarga
c. Agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan keperawatan
d. Sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar mendiri dalam mengatasi masalah kesehatan
e. Mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan kejang ulang
f. Sebagai upaya preventif serangan ulang
g. Imunisasi pertuitis memberikan reaksi panas yang dapat menyebabkan kejang demam

3. PENATALAKSANAAN
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan monitor kemajuan kesehatan klien (santosa. NI, 1980; 162)

4. EVALUASI
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan objektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya. (santosa. NI, 1989. 162)

DAFTAR PUSTAKA

Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan, Penerjemah Monika Ester, EGC, Jakarta
Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasi I made, EGC, Jakarta
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Santosa NI, 1993, Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga, Depkes, RI, Jakarta
Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Wahidiyat Iskandar, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 2, Info Medika, Jakarta
Dr.Nursalam, 2005, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta: Salemba Medika


FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
Pengkajian tanggal : Jam :
Tanggal MRS : No.RM :
Ruang/kelas : Diagnosa masuk :
Identitas anak
Nama : Alamat :
Tanggal lahir : Diagnosa medis :
Jenis kelamin : P Sumber informasi :
Tanggal MRS :
Riwayat sakit dan kesehatan
Keluhan utama : Demam mulai kemaren + kejang, setelah turun demamnya kejang dan demam lagi
Riwayat penyakit saat ini : Febris Convultion
Riwayat penyakit sebelumnya
Riwayat kesehatan yang lalu : dulu pernah sakit batuk pilek dan diare, pernah MRS
Penyakit yang pernah diderita : Batuk pilek, diare
Alergi makanan : tidak ada
Operasi : tidak pernah
Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit yang pernah diderita keluarga : Ibu menderita tekanan darah tinggi
Lingkungan remah dan komunitas : Perumahan/ kompleks
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : Bapak pasien seorang perokok
Persepsi keluarga terhadap penyakit anak : Antusias untuk mempercepat kesembuhan anaknya
Riwayat nutrisi
Nafsu makan : tidak
Pola makan : 2x/ hari
Minum : Asi jumlah 500cc/ hari kadang tidak habis
Pantangan makan : tidak ada
Menu makanan : bubur/ nasi team

Riwayat pertumbuhan
BB saat ini : 15 kg
BB saat lahir : 38,00gr
Panjang lahir : 49 cm
TB : 65 cm
BB sebelum sakit : 18kg
Riwayat perkembangan
Pengkajian perkembangan (DDST) : Meniru, mengatakan 10 kata/ lebih
Tahap perkembangan psikosexual : Percaya tidak percaya
Tahap perkembangan psikososial : Px beradaptasi dengan lingkungan
ROS
Observasi dan pemeriksaan fisik (ROS: Review Of System)
Keadaan umum : Lemah
Tanda-tanda vital : Nadi: 122x/menit, Suhu: 38oC
B1
Bentuk dada : Normal/ simetris
Pola nafas irama : Teratur
Jenis ; Dispnoe
Suara nafas : Vesikuler
Sesak nafas : Tidak
Batuk : Tidak
Alat bantu pernafasan : Tidak
B2
Irama jantung : Reguler
Nyeri dada : Tidak
Bunyi jantung : Normal
Akral : Panas

Reflek fisiologis : Menghisap
Istirahat DRS : 6 jam/hari
Istirahat DRM : 8 jam/hari
Kebiasaan sebelum tidur : minum susu (Asi)
Gangguan tidur : Bising

B3
Penglihatan (mata)
Pupil : Isokor
Seklera/konjungtiva : Normal
Pendengaran (telinga)
Gangguan pendengaran : tidak
Penciuman (hidung)
Bentuk ; Normal
Gangguan penciuman : Tidak
Kebersihan : Kotor
B4
Urine : Jumlah: 500cc/ hari
Warna : kuning Normal
Alat bantu (kateter) : Tadak ada
Kandung kemih : Tidak ada pembesaran
Bentuk alat kelmin : Normal (simetris)
Uretra : Normal
B5
Nafsu makan : Menurun
Porsi makan : Tidak habis
Minum : 500cc/ hari, jenis ASI
Mulut dan Tenggorokan
Mulut : Kotor
Mukosa : Lembab
Tenggorokan : Normal
Abdomen
Perut : Tegang
Peristaltik : 5-35x/menit
Pembesaran hepar : Tidak
BAB : 1x/ hari
Konsistensi : Bau aseton, Warna Kuning

B6
Kemampuan pergerakan sendi : Bebas
Kekuatan otot : 2 2
2 2
Warna kulit : Pucat
Turgor : Jelek
Odema : Tidak ada

Personal higiene
Mandi : 2x/ hari
Sikat gigi : -
Keramas : 2x/ hari
Ganti pakaian : 3x/ hari
Memotong kuku : -
Psikologi – sosioal – spiritual
Ekspresi efek dan emosi : Gelisah
Hubungan dengan keluarga : Akrab
Dampak hospitalisasi bagi anak : Anak merasa tidak kerasan di Rumah Sakit
Dampak hospitalisasi bagi orang tua : orang tua merasa stress
Data Penunjang:
Laboratorium. Ref.
WBC 2,71 k/ul 4,0 - 11,0
LYM 4,4 RM 16,3%L 0,8 - 4,0
MID 2,4 8,7%M 20,0 - 40,0
GRAN 20,3 R3 75,0%G 0,1 - 0,9
RBC 4,21 m/ul 4,00 - 5,00
HGB 10,3 g/dl 12,0 - 18,0
HTC 34,4% 35,0 - 48,0
MCV 8,18 FL 82,0 - 95,0
MCH 245 pg 27,0 - 31,0
MCHC 29,9 g/dl 32,0 - 36,0
RDW 16,0% 35,0 - 56,0
PLT 451 k/ul 150 - 450
MPV 6,9 FL 7,0 - 11,0
Tes gula darah acak 125mg/dl

TTD
Terapi/ tindakan lain
Infus Wida DS 1/4
Cefotaxime 250mg
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS:
Ibu px mengatakan anaknya muntah tiap kali makan
DO:
BB menurun
Porsi makan tihak habis Muntah

Intake ↓

Kegagalan masukankebutuhan metabolik

Perubahan nutrisi < dari kebutuhan Gangguan Nutrisi
2. DS:
Ibu mengatakan anaknya demam mulai kemaren + kejang
DO:
k/u Lemah
makan +, minum +
S: 38oC, N: 122x/menit
Akral hangat, lembab

Infeksi

Evogenus pyrogens (bakteri virus)

Sel inflamasi (makrofak nefrofil)

Memproduksi endogens pyrogen

Sintesis dalam hipotalamus

↑ thermortia sel point

Perubahan fisiologi dan tingkah laku

Demam

Mempengaruhi sistem saraf otak

Perangsangan sistem saraf kortex serebral

Kejang
Gangguan peningkatan suhu tubuh B/d febris convultion


NO. MASALAH RENCANA TINDAKAN
1. Gangguan peningkatan suhu tubuh b/d febris convultion Lakukan pendekatan dg px dan keluarga
Observasi TTV
Beritahu tantang kondisi px saat ini
Anjurkan ibu untuk memberikan pakaian tipis pada anak
Kolaborasi dg tim medis dalam pemberian terapi Menjalin hub. Saling kooperatif
Deteksi dalam terjadinya komplikasi
S: 38oC, N: 122x/menit
Mengurangi rasa cemas keluarga
Mengurangi panas pada pasien
Mempercepat k/u px kedalam kondisi semula
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dg hipertermi Kaji faktorx terjadinya hipertermi
Observasi TTv tiap 4 jam sekali
Pertahankan suhu tubuh normal
Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala/ ketiak
Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun
Atur sirkulasi udara ruangan
Berikan extra cairan dg menganjurkan px banyak minum
Batasi aktifitas fisik Mengetahui penyebab terjadinya hipertermi karena penambahan pakaian/ selimut dapat menghambat penurunan suhu tubuh
Pemantauan TTV yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan selanjutnya. S: 38oC, N: 122x/menit.
Suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu lingkungan, kelembapan, mempengaruhi panas/dinginnya tubuh
Proses konduksi/ perpindahan panas dengan suatu bahan perantara
Proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat menyerap keringat
Penyediaan udara bersih
Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat
Aktifitas meningkat metabolisme peningkatan panas


EVALUASI
NO. TANGGAL MASALAH EVALUASI
1. 14-07-2009 Gangguan peningkatan suhu tubuh b/d febris convultion S: ibu pasien mengatakan anaknya demam mulai kemarin + kejang setelah turun, demam lagi
O: k/ulemah
Ma/mi: -/+, kembung: +
BAK/BAB: +/-
S: 38oC, N: 122x/menit
Akral: hangat, lembab
Tx: infus wida DS ¼ NS
A: masalah panas
P: intervensi dilanjutkan

2. 14-07-2009 Gangguan rasa nyaman b/d hipertermi S: ibu pasien mengatakan anaknya masih panas, perut kembung
O: k/u: lemah
Ma/mi: sedikit/+
Kembung: +
BAB/BAK: -/+
S: 38,5oC, N: 122x/menit
Akral: hangat
Tx: infus NS
A: masalah panas
P: intervensi dilanjutkan
 

Copyright © 2009 by blognya AJIE DOANKZ.....

Template by Blogger Templates | Powered by Blogger